Sudah
lama kita tak saling menyapa… Apakah di sana butiran salju berwarna putih
tengah turun?
Sangat
sedih memang untuk menjadi dua orang yang saling melupakan. Namun, waktu dengan
bijak mengajarkan setiap orang untuk pelan-pelan mengurangi frekuensi untuk
mengingat seseorang yang memang harus berlalu. Tanpa kita sadari, perlahan
waktu akan membuat perasaan kita menjadi biasa saja saat tak sengaja mendengar
namanya, tentu saja itu membutuhkan rentang waktu. Bahkan suatu waktu yang
cukup bijaksana.
Tentang
saling Melupakan?
Angin di pertengahan musim
hujan bahkan dengan begitu bijak sengaja menjadi tidak terlalu dingin
untuk dapat membekukanmu dari ingatanku, sehingga perlahan aku dapat untuk
beberapa waktu tidak mengingatmu lagi.
Sekarang, sudah berapa lama sejak kau
bilang ingin mengirimkan paket salju untukku, agar aku dapat menyentuhnya
secara langsung? Entahlah, mungkin sudah ribuan hari yang lalu. Aku bahkan
sudah mulai tak sengaja melupakan kapan terakhir kali kita berkirim pesan dan
kabar.
Tentang saling menjauh?
Entah siapa yang memulai. Sebelumnya
satuan jarak memang telah memperingatkan kita tentang itu, namun
kemudian rutinitas serta realita yang perlahan tanpa kita sadari telah
menuntun kita pada rentang kilometer yang semakin berpangkat. Tunggu,
mungkin bukan masalah banyaknya perpangkatan dalam satuan kilometer jarak.
Namun tentang hati yang perlahan tertutupi oleh kabut pekat di penghujung hujan
akhir tahun. Bahkan sebenarnya tak ada yang salah dengan sesuatu bernama jarak
yang berwujud kilometer, namun jarak dari dua hatilah yang menjadi
masalahnya.
Dan tentang impian serta kisah yang
sempat kita rangkai bersama, tentang pengharapan yang sempat tak berujung,
serta tentang perasaan yang sempat bersemi kemudian perlahan terbengkalai. Jika
itu menyisakan luka, semoga luka itu lekas pulih.
Tentang debaran hati yang mulai terasa
konstan saat mendengar namamu. Untungnya, laju perubahan musim juga dengan
bijaksana telah membuatnya terasa biasa saja. Entah mungkin di lain musim, di
lain dekade dan di lain tempat saat kita benar-benar bertemu, entah sebatas
kenangan ataukah mungkin kebahagiaan, kuharap kita bisa saling menatap dan
tersenyum tanpa ada luka yang terlintas dalam memori kita.
"semoga Allah tetap memberikan
kehangatan kepada hatimu di tengah tumpukan salju yang membekukan kotamu,
semoga saat kita berpapasan di suatu tempat, di suatu musim, di suatu waktu
maupun di suatu masa, kita masih mampu mengenali garis senyuman yang terukir di
wajah satu sama lain."
Dan pada akhirnya aku menyadari bahwa
aku dan kau adalah ketidak sengajaan yang diatur baik oleh Tuhan, namun
kita juga kesengajaan yang berakhir dengan bijaksana yang diatur baik pula oleh
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar