Dear…Sang Maha Pemberi Rasa, pengharapan ini aku tulis semata-mata untuk lebih dekat dengan-Mu.
Jika engkau
memberikan kesempatan bagiku untuk bertemu dengan jodohku sebelum aku bertemu
dengan-Mu, pertmukan dan satukanlah aku dengan dia yang tidak akan pernah
menduakan aku selain dengan-Mu. Dengan dia yang tidak akan pernah berpaling
dariku selain pada-Mu. Dan bersamanya bersama-sama lebih dekat pada –Mu menggapai
Ridho-Mu.
Ribuan hari
berteman sepi seperti ada yang tak melengkapi, berbisik dengan lembut menyebut
satu nama yang hanya bisa terbingkai dalam kata “DIA” disetiap butir-butir do’a
disepertiga malamku. Mengutarakan segala rasa yang masih tak bertuan dalam
sosok jiwa. Mencurahkan segala kesah dan rindu serta gelisah akan penantian
yang terkadang membuat air bening terjatuh di pelupuk mata….basah…syahdu…menyatu
dalam do’a.
Diatas
penentian menunggu kamu yang masih belum bisa aku sebut dalam nama begitu
banyak cerita tercipta.
Meski tak
pernah merasakan kesepian tetaplah aku seorang wanita biasa yang lembut hatinya
dan pernah jatuh cinta. Iya…dalam penantian ini aku pernah jatuh cinta, jatuh
cinta dalam diam.
Aku
ceritakan semua perasaan yang sempat singgah pada sang pemberi rasa. Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam perasaan yang kupikir semula adalah cinta ada banyak gelisah.
Ada banyak pertanyaan berebut meminta jawaban. Benarkah ini cinta? Apa yang
harus aku lakukan dengan perasaan ini? Meminta pada-Nya agar diberikan segala
yang terbaik bagiku. “Jika perasaan ini
salah dan pengharapan pada manusia akan memberikan luka maka hilangkan segala
rasa yang tercipta. Jika perasaan ini adalah baik maka izinkanlah untuk terus
aku genggam dalam ikatan do’a”.
Waktu berjalan begitu cepat
hingga aku mengerti rasa yang ada ini tak seharusnya ku genggam lebih lama.
Rasa ini mengundang bimbang dan gelisah. Terkadang mencintai manusia telah
membuat hilang logika, yang ada hanya resah akan perasaan itu sendiri. Menembak
dan menerka-nerka segala apa yang dia lakukan. Bermain-main dengan khyalan gila
yang sulit dihentikan. Love is sweet torment, benarkah? Hingga aku lelah dan
mengerti jika ini tidklah benar dan tidak harus diteruskan. Hanya membuang
waktu percuma, cinta yang berasal dari-Nya tidak seperti ini, tegasku pada diri
sendiri.
Memang
pernah keliru menyebut satu nama dalam sebagian do’aku. Tidak berarti aku
menyalahkan rasa yang pernah ada ataupun menyesalinya. Bicara tentang perasaan
bukanlah sebuah kesalahan. Perasaan berasal dari hati yang dianugrahkan Tuhan
pada manusia. Semua orang berhak merasakan segala rasa: perasaan suka, mungkin
juga cinta bahkan disaat perasaan itu tidak memiliki ikatan. Kapanpun dimanapun
pada siapapun tergantung bagaimana kita dapat mengendalikan diri atas segala
yang dirasa, jangan sampai merugikan diri sendiri. Bagitupun denganku.
Diwaktu
lalu aku pernah berusaha mengendalikan segala rasa hanya dalam untaian do’a.
mengembalikan segala yang aku rasa pada sang pemberi rasa dan sang maha Cinta.
Ketika hati gelisah dan bahagia disaat bersamaan. Ketika rindu dan sesak
menyatu dalam satu denyut nadi tak ada yang mampu dilakukan selain
mengembalikan segala yang dirasa pada sang pemberi rasa.
Selamat
aku mencintainya selama itu pula resah dan gelisah menyertai. Perasaan yang
sempat singgah telah membentuk tak nyaman dalam kurun waktu tidak sebentar,
walau begitu darinya begitu banyak pelajaran yang aku mengerti. Memahami makna
dibalik kata sabar dan ikhlas, tidak ada kisah yang terjadi secara percuma. There’s
always a reason, a lesson or a blessing.
Waktu
adalah jawaban terbaik dari segala yang sulit ku jawab sendiri. Perlahan dengan
sendirinya seiring do’a yang tidak terputus telah berhasil mengikis rasa hingga
tuntas tak bersisa. Ras itu pudar dengan sendirinya dan aku yakin beginilah
cara Tuhan menyelamatkanku sebelum jatuh terlalu dalam. Katakana saja ini kish
cinta pertama yang telah berlalu sejak jauh dan tertinggal dimasa lalu.
Kini
kisah baru dimulai. Hari baru telah tiba. Usiaku tidak lagi untuk memikirkan
hal-hal yang bersifat kenikmatan sementara, pacaran misalnya. Ya…. Hingga kini
aku masih merasakan kesepian. Dan aku berharap hingga kekasih halalku tiba lalu
merasakan indahnya cinta dalam ikatan halal berlandaskan kecintaan kepata
Tuhan.
Bicara
tentang cinta, Aku bukanlah penyair yang pandai memilih kata puitis dan romantic.
Tak pula lihai meracik rasa menjadi seuntai cerita. Walau begitu bagiku cinta
adalah perasaan dengan sejuta definisi. Setiap orang pasti memiliki makna
tersendiri. Cinta adalah rasa kasih saying, peduli, sabar, ikhlas dan segala
sesuatu yang mengantarkan kita pada arah yang lebih baik. Terkadang sulit
menerka pada detik keberapa kita telah menjatuhkan hati untuk mencintai, sebab
cinta bisa datang tanpa kita sadari. Berhembus syahdu bagai candu, diam-diam
menghuni relung sanubari lalu mencuri hati dengan sempurna. Seperti saat kita
jatuh cinta ketika melihat indahnya fanorama ciptaan Tuhan. Ada kedamaian dan
kenyamanan dalam hati, itulah cinta bagiku. Dan aku yakin cinta yang berasal
dari-Nya akan memberikan kedamaian dan kenyamanan.
Ketika
banyak yang bertanya tentang pilihan dan prinsipku untuk tidak pacaran. Jujur
saja aku tidak memiliki jawaban istimewa. Tak pandai berkata-kata. Alasannya
begitu sederhana. Karena dalam hidup, aku tak ingin membagi kenikmatan dalam
topeng berbungkus cinta tanpa ikatan halal dengan seseorang yang belum tentu ditakdirkan
untukku.
Kini
biarkan aku menata hati untuk bersiap menyambut kamu yang sedang dalam
perjalanan menjemputku. Semoga Tuhan memudahkan langkahmu menujuku. Semoga
Cinta-Nya membimbing kita untuk bisa saling menemukan satu sama lain dan
menyatu dalam cinta karena-Nya. Disini aku menunggumu sampai kau menjemputku.
Kamu
… lihatlah disini aku bertahan tanpa berbagi cinta dengan seorang pria hingga
cinta yang halal tiba. Tidak mudah! Anyone can fall in love, but
only the strong ones will keep it halal. Jangan lama-lama
membuatku menunggu! Berjanjilah untuk tidak memperpanjang penantian ini. Karena
aku tidak tahu sampai kapan masih bisa kulewati segala rintangan dan godaan
yang datang.
Saat
hembusan angin begitu lembut berhembus. Dan udara dengan lancar kuhirup
sempurna. Disaat semua keheningan terasa. Disaat langit-langit menjadi indah
dengan gemerlap bintang yang seolah mengerti apa yang ingin aku katakan. Disaat
itulah aku rindu sosok dirimu yang aku bingung cara menjelaskan siapa kamu dan
dimana kamu sekarang.
Kamu
tahu? Seorang sahabat pernah berkata “Jodohmu tidak akan datang hanya dengan
berdiam diri dan berdoa saja. Kamu harus mencoba untuk membuka hati bagi
seorang pria yang ingin mengenalmu lebih jauh!” Kalimat itu telah hatam berkali-kali
hingga rasanya aku tuli mendengarnya.
Baiklah
akan aku tulis semua disini dengan ringkas. Sebelum aku menulis terlalu jauh
yang harus diketahui adalah; Aku bukan wanita dengan gaun syar’i yang menutup
sempurna tubuhku. Jangankan berpakaian syar’i, kalimat yang keluar dari mulutku
pun tidak selembut sutra. Aku jauh dari bayang-bayang wanita shalehah yang
tidak berpacaran dengan gambaran seorang wanita yang terlihat begitu alim.
Sungguh aku jauh dari itu semua. Bukan wanita istimewa dengan sejuta kelebihan
tanpa kekurangan. Aku hanya wanita biasa yang miskin ilmu dan butuh bimbingan
seorang imam. Membutuhkan kamu untuk kemudian menjadi pedoman dalam segala
keputusanku. Meski begitu, aku tahu pacaran tidak ada dalam syari’at kita.
Tidak peduli tampilan apa yang kita tunjukan pada dunia. Bagaimanapun alasannya
dan bagaimanapun adegan di dalam pacaran. Tetap saja label pacaran sangatlah
tidak elok untuk kita seorang muslimah yang sangat dimuliakan Tuhan.
Namun,
aku juga bukan orang naif yang menarik diri dari pergaulan luar. Hampir semua
sahabatku berpacaran dan aku berada ditengah-tengah mereka tanpa mempersalahkan
prinsip masing-masing. So, don’t make it a
problem! Lagi pula kita sama-sama manusia biasa dimana
tempat khilaf bersemayam. Kita sama-sama manusia tidak bisa menebak hari esok.
Boleh jadi detik ini aku masih memegang prinsip untuk tak menjalin ikatan
diluar halal, Wallahu’alam besok lusa bisa jadi aku meninggalkan prinsip
ini dan tergoda untuk menjalin kenikmatan diluar halal. Hati manusia begitu
mudah terbolak-balik. Aku harap tidak! Semoga Tuhan meneguhkan hati ini diatas
agama-Nya. Semoga DIA mengistiqomahkan sampai yang menghalalkan tiba. Jika
sebagian dari kalian melihatku berbeda maka biarlah aku berbeda dengan jalan
yang aku pilih.
Tahukah
kamu yang belum juga bisa aku sebut dalam sebuah nama? Aku tak sabar ingin
berbagi cerita denganmu. Dengarlah; jika dalam penantian ini banyak sekali
rintangan yang datang terbungkus rapi menawarkan kenikmatan dalam bingkai cinta
(katanya
sih. Padahal tidak ada cinta yang nyata melainkan setelah ijab dan qabul
disenandungkan). Godaan datang dari kiri kanan. Kalimat-kalimat
yang melelehkan kaum hawa. Kaum adam terkadang membuatku bimbang. Adakah
diantara yang datang adalah kamu? Iya kamu … yang selalu aku sebut dalam doa.
Satu
… dua … datang dengan kalimat yang bisa melambungkan rasa. Tidak! kamu tidak
akan datang dengan cara yang seperti itu, bukan? Kamu tidak akan datang dengan
mengumbar kata-kata romantis yang lelah aku tepis dan membuatku risih. Kamu
akan datang dengan segala keseriusanmu lalu meyakinkan waliku dengan tindakan
nyata tanpa diawali melambungkan asa perempuan sebelum ijab dan qabul
disenandungkan. Khitbah dulu! Halalkan dulu! Baru setelah itu bersikap
romantislah setiap detik yang kita lewati! Aku tak akan risih! Buatlah aku
jatuh cinta setiap harinya. Ah … sungguh impian setiap wanita.
Kamu! Aku tulis deret
kalimat ini untukmu. Bacalah, dan tersenyumlah untukku.
“Untuk kamu yang ingin
menjadikan aku kekasih halalmu. Maukah mengajari bagaimana indahnya pacaran
dengan ikatan yang halal sepanjang hidup kita? Maukah menciptakan kesan pertama
denganku? Maukah mengajariku untuk tidak malu mengekpresikan rasa cinta
disetiap hembusan nafas kita? Maukah kamu menjadi orang pertama dan terakhir
yang menggenggam tanganku menuju Jannah-Nya? Maukah menemaniku menulis kisah
indah tentang kita? Maukah menjadi pedoman dalam setiap keputusan yang aku
ambil? Dan Maukah menjadi penyempurna dari kisah yang aku tulis ini? Nanti bila
Tuhan memberikan kesempatan kita bertemu di dunia-Nya, tentu aku akan menjadi
seorang wanita paling beruntung telah ditemukan olehmu yang bersedia memulai
dan menciptakan kesan pertama dalam ikatan yang halal hingga akhir dimana waktu
terhenti untukku. Disini aku masih setia menunggumu sampai kamu menjemputku.
Take care. My Allah always protect you.”
Itu
ceritaku. Sesederhana yang aku tulis. Karena kisah istimewa belum bisa tertulis
hingga hari besar itu tiba. Hari dimana aku bertemu denganmu karena-Nya.
Well,
keep istiqomah and still positive thinking, girl!