“Cieee,
yang bentar lagi sarjana… Udah punya pendamping wisuda belum?”
“Belom
lah. Aku kan jomblo.”
“Lah,
terus nanti ditemenin siapa?”
“Ayah-Ibu,
lah.”
“Hahahah…
Kok ditemenin orangtua? Itu ambil ijazah atau ambil rapot?”
Kehadiran
seorang pendamping (alias pasangan, alias pacar) di hari kamu resmi jadi
sarjana adalah isu besar di mata banyak orang. Mungkin karena wisuda selalu
dikaitkan dengan moment besar berikutnya dalam kehidupan, yaitu pernikahan.
Mungkin juga karena hari wisuda adalah moment yang tepat untuk mengenalkan
pacar ke orangtua. Mungkin karena… Nggak tahu, deh. Mungkin karena orang-orang
iseng aja bikin istilah “pendamping wisuda”?
Kamu yang belum punya pendamping saat
wisuda nanti, nggak usah galau karena hal ini ya. Biarin aja deh teman-teman
kamu ngeledek kayak apa. Yang paling penting dari wisuda itu ijazahnya, bukan
pendampingnya! Ngapain galau cuma gara-gara nggak punya pendamping wisuda?
Wisuda itu hari bahagia. Ada pendamping
atau nggak, keberhasilan menyudahi pendidikan tinggi akan tetap membuatmu
bangga
Percayalah, ada-tidaknya pendamping wisuda
nggak akan banyak mempengaruhi kebahagiaanmu nanti. Perasaanmu di hari itu
tetap akan bangga karena kesuksesanmu menyudahi pendidikan tinggi. Belum lagi
ada teman-teman satu angkatan yang minta foto-foto, teman-teman dari SD sampai
SMA yang menyempatkan datang dan memberi bunga, dan orangtua yang sepanjang
hari memancarkan wajah bangga. Mungkin sekarang kamu galau karena tak punya
pendamping di sisi. Tapi saat wisuda nanti, kamu akan lupa pada semua kegalauan
ini.
Di pagi hari setelah kamu mandi, mengenakan
kemeja/kebaya, lalu membalut diri dengan toga, yang bakal kamu rasakan ya cuma
bahagia.
Lagian wisuda itu ya dijalani sendiri. Saat kamu dipanggil ke panggung, memangnya ada yang ikut mendampingi?
Pendamping wisuda’ itu cuma istilah bikinan
orang aja. Saat namamu dipanggil untuk berjabat tangan dengan rektor/dekan
nanti, memangnya pacarmu boleh ikut mendampingi? Ya engga lah~~ Dia bakal duduk
di barisan belakang, terpisah dari para wisudawan. Itupun kalau dia punya
undangan masuk gedung. Banyak universitas yang hanya memberikan setiap
wisudawan dua buah undangan. Satu untuk Bapak, satu buat Ibu. Alhasil, nggak
akan ada undangan yang tersisa untuk pacarmu.
Jadi santai aja kalau kamu belum punya
pendamping wisuda. Ada atau tidaknya dia, namamu tetap akan dipanggil ke atas
sebagai sarjana.
Terus nanti mau foto-foto di luar
gedung wisuda sama siapa? Ya sama teman, lah… Punya ‘kan ya?
Jangan khawatir karena nggak punya
pendamping. Kalau soal foto-foto (atau cokelat, bunga, dan kado-kado wisuda
yang lainnya), ada sahabat dan keluarga yang sudah siap sedia. Keluar dari
gedung wisuda, kamu nggak akan sendirian kayak anak ayam hilang, kok. Sudah ada
banyak temanmu yang menunggu ingin mengambil gambar bersamamu, yang terlihat
ganteng/super cantik di hari itu. Sudah ada orangtuamu juga yang memakai jas
dan kain spesial demi foto studio bersama keluarga.
Wisuda adalah moment yang menyibukkan.
Selepas upacara, orangtua akan buru-buru mengajakmu makan di luar untuk
merayakan gelar. Kakak/adikmu akan mengeluh “Duuuuh, panas nih! Cepetan yuk
jalan-jalan!” Mana sempat kamu berpikir kenapa sekarang nggak punya pasangan?
Lagipula, konsep “pendamping wisuda”
itu fana. Lebih penting cari yang akan mendampingimu nanti di pelaminan sana
Nggak usah galau gara-gara belum punya
pendamping wisuda. Konsep “pendamping” di situ hanyalah fana. Bukannya berdoa
supaya mereka yang udah punya pendamping akhirnya putus. Tapi — kecuali kalian
sudah suami-istri — apapun masih
bisa terjadi. Hehe.
Dan kalau foto keren kamu sama sang
pendamping wisuda jadi sia-sia karena akhirnya dia berhenti mendampingi…
gimana? Nggak lucu ‘kan ya?
Makanya, nggak usah ngetawain yang belum
punya pendamping wisuda. Hehehehe.
Daripada galau karena pendamping wisuda,
mending cari yang siap mendampingimu di pelaminan sana. Dari pada berharap punya
yang fana, lebih baik cari yang selamanya. HAHAHAHAHAHA.
Udah, nggak usah
galau-galau lagi. Yang penting kamu sudah sukses memperpanjang nama