Kamis, 27 Oktober 2016

Kenapa Harus Galau Kalau Gak Punya Pendamping Wisuda, Yang Penting Dari Wisuda Itu Ijazahnya.



Cieee, yang bentar lagi sarjana… Udah punya pendamping wisuda belum?”
“Belom lah. Aku kan jomblo.”
“Lah, terus nanti ditemenin siapa?”
“Ayah-Ibu, lah.”
“Hahahah… Kok ditemenin orangtua? Itu ambil ijazah atau ambil rapot?”
Kehadiran seorang pendamping (alias pasangan, alias pacar) di hari kamu resmi jadi sarjana adalah isu besar di mata banyak orang. Mungkin karena wisuda selalu dikaitkan dengan moment besar berikutnya dalam kehidupan, yaitu pernikahan. Mungkin juga karena hari wisuda adalah moment yang tepat untuk mengenalkan pacar ke orangtua. Mungkin karena… Nggak tahu, deh. Mungkin karena orang-orang iseng aja bikin istilah “pendamping wisuda”?
Kamu yang belum punya pendamping saat wisuda nanti, nggak usah galau karena hal ini ya. Biarin aja deh teman-teman kamu ngeledek kayak apa. Yang paling penting dari wisuda itu ijazahnya, bukan pendampingnya! Ngapain galau cuma gara-gara nggak punya pendamping wisuda?

Wisuda itu hari bahagia. Ada pendamping atau nggak, keberhasilan menyudahi pendidikan tinggi akan tetap membuatmu bangga

Percayalah, ada-tidaknya pendamping wisuda nggak akan banyak mempengaruhi kebahagiaanmu nanti. Perasaanmu di hari itu tetap akan bangga karena kesuksesanmu menyudahi pendidikan tinggi. Belum lagi ada teman-teman satu angkatan yang minta foto-foto, teman-teman dari SD sampai SMA yang menyempatkan datang dan memberi bunga, dan orangtua yang sepanjang hari memancarkan wajah bangga. Mungkin sekarang kamu galau karena tak punya pendamping di sisi. Tapi saat wisuda nanti, kamu akan lupa pada semua kegalauan ini.
Di pagi hari setelah kamu mandi, mengenakan kemeja/kebaya, lalu membalut diri dengan toga, yang bakal kamu rasakan ya cuma bahagia.

Lagian wisuda itu ya dijalani sendiri. Saat kamu dipanggil ke panggung, memangnya ada yang ikut mendampingi?

 

Pendamping wisuda’ itu cuma istilah bikinan orang aja. Saat namamu dipanggil untuk berjabat tangan dengan rektor/dekan nanti, memangnya pacarmu boleh ikut mendampingi? Ya engga lah~~ Dia bakal duduk di barisan belakang, terpisah dari para wisudawan. Itupun kalau dia punya undangan masuk gedung. Banyak universitas yang hanya memberikan setiap wisudawan dua buah undangan. Satu untuk Bapak, satu buat Ibu. Alhasil, nggak akan ada undangan yang tersisa untuk pacarmu.
Jadi santai aja kalau kamu belum punya pendamping wisuda. Ada atau tidaknya dia, namamu tetap akan dipanggil ke atas sebagai sarjana.

Terus nanti mau foto-foto di luar gedung wisuda sama siapa? Ya sama teman, lah… Punya ‘kan ya?

Jangan khawatir karena nggak punya pendamping. Kalau soal foto-foto (atau cokelat, bunga, dan kado-kado wisuda yang lainnya), ada sahabat dan keluarga yang sudah siap sedia. Keluar dari gedung wisuda, kamu nggak akan sendirian kayak anak ayam hilang, kok. Sudah ada banyak temanmu yang menunggu ingin mengambil gambar bersamamu, yang terlihat ganteng/super cantik di hari itu. Sudah ada orangtuamu juga yang memakai jas dan kain spesial demi foto studio bersama keluarga.
Wisuda adalah moment yang menyibukkan. Selepas upacara, orangtua akan buru-buru mengajakmu makan di luar untuk merayakan gelar. Kakak/adikmu akan mengeluh “Duuuuh, panas nih! Cepetan yuk jalan-jalan!” Mana sempat kamu berpikir kenapa sekarang nggak punya pasangan?

Lagipula, konsep “pendamping wisuda” itu fana. Lebih penting cari yang akan mendampingimu nanti di pelaminan sana

Nggak usah galau gara-gara belum punya pendamping wisuda. Konsep “pendamping” di situ hanyalah fana. Bukannya berdoa supaya mereka yang udah punya pendamping akhirnya putus. Tapi — kecuali kalian sudah suami-istri — apapun masih bisa terjadi. Hehe.
Dan kalau foto keren kamu sama sang pendamping wisuda jadi sia-sia karena akhirnya dia berhenti mendampingi… gimana? Nggak lucu ‘kan ya?
Makanya, nggak usah ngetawain yang belum punya pendamping wisuda. Hehehehe.
Daripada galau karena pendamping wisuda, mending cari yang siap mendampingimu di pelaminan sana. Dari pada berharap punya yang fana, lebih baik cari yang selamanya. HAHAHAHAHAHA.
Udah, nggak usah galau-galau lagi. Yang penting kamu sudah sukses memperpanjang nama

Rabu, 19 Oktober 2016

?????



Kenapa sih kita harus tahu…
Sisi kekurangan seseorang?
Jawabannya ialah supaya siap dengan kemungkinan konflik setelah satu atap.
Sejatinya, laki-laki dan perempuan  memang diciptakan untuk saling melengkapi
Buka saling berkelahi.

Jika selama ini kita selalu mencintai seseorang karena kelebihan yang dimiliki dirinya,
Yuk mulai dari sekarang kita belajar mencintai kekurangan seseorang .
Ketahuilah bahwa ketika kita mencintai seseorang karena kekurangannya,
maka ketika kita melihat kelebihannya, di sana kita akan merasa beruntung memenangkan hatinya.

Senin, 17 Oktober 2016

Jika Dia Jodoh ku, Jaga dia dalam kebaikan dan Pertemukan kami di waktu yang tepat



Sendiri dalam penantian, menyepikan hati hanya untuk seseorang yang pantas untuk menempati. Dia yang berani setia, tidak hanya sekedar mengumbar kata-kata bahagia tanpa berani untuk menentukan hari dimana kita dipersatukan. Dipersatukan dalam suatu hubungan yang halal, hubungan dua anak manusia yang berbeda latar belakang.

Jika dia jodohku, jaga dia dalam kebaikan dan pertemukan kami di waktu yang tepat. Waktu dimana kita berdua benar-benar siap dan mantap untuk mempunyai status baru. Tidak lagi tergantung dengan adanya orangtua dan tanggung jawab hidup akan kita pikul bersama.

Jagalah kami dalam kebaikan, tak apa saling berharap dan saling menjauhi. Karena jodoh tidak harus selalu bersama sebelum kepelaminan. Sibukan kami dalam kebaikan sehingga kami siap dan lupa lamanya penantian. Penantian yang kadang memberikan keraguan dan hilangnya kepercayaan kalau kau adalah jodoh yang dipersiapkan untuk ku.

Kita sama-sama tidak tau, kalau nantinya kau dan aku akan bersama. Bersama bukan hanya berdua, tapi ada keluarga yang kita satukan dan ada jalan yang kita pesiapkan. Ibu dan ayahmu akan menjadi ibu dan ayahku juga, begitupun sebaliknya. Jadi jangan sungkan jika kau nanti mau puang ke mana, kau adalah bagian yang aku temukan dan akhirnya dipersatukan.

Masalah jodoh bukan siapa cepat dia dapat, ini soal kesabaran dalam penantian dan soal keyakinan akan sebuah ketentuan. Pasti kau akan datang bertamu, pasti kita akan bertemu, walau sekarang aku belum tau siapa namamu.

Jodoh boleh aku sebut namamu dalam do’a, Tapi Allah lebih tau kemana hati ini akan tertuju dan seharusnya berada. Jika yang aku senut namanya dalam do’a tidak menjadi apa yang aku harapkan dan tidak dipersatukan. Kita berharap setiap do’a akan semakin mendekatkan dengan yang memiliki takdir dan memberikan kebaikan serta memperkuat keyakinan.