Rabu, 29 Juni 2016

Surat Untuk Jodohku di Masa Depan




Apa kabar dirimu? Seseorang yang tak kuketahui siapa, dan dimana dirimu sekarang ini. Aku harap, kita masing-masing saling istiqamah menjaga hati.  Meski tak kuketahui siapa kamu, sedang apa kamu, dan di mana kamu. Semoga kelak aku bisa menjadi orang yang beruntung saat  bisa mendampingimu.
Untukmu, masa depanku. Jika diizinkan Tuhan, aku ingin melihat Lauh Mahfuz Nya. Agar aku tak perlu repot-repot menulis surat ini. Agar aku bisa menjalani kehidupanku dengan tenang. Tak seperti sekarang ini yang masih senantiasa menduga-duga sosok seperti apa di jauh sana. Mungkin saat ini engkau masih bersama pria lain. Dia pria yang cukup beruntung menurutku.
Untukmu, yang tak tampak di mataku. Hanya pada-Nya lah segala harapan  kan terselip. Selalu kukirimkan do’aku untukmu pada-Nya. Di sini aku selalu meng-amiin-kan setiap bismillahmu. Selalu kutitipkan rindu pada-Nya. Entah akan sampai atau tidak. Seandainya sekarang kita sudah bisa berjumpa, ingin kuceritakan semua rasa yang sudah sekian lama mengendap di dada.
Untukmu, yang selalu kurindu. Kelak akan kau temui seorang aku. Semoga kau sempat membaca tulisan ini. Surat ini kutulis untukmu dalam sesaknya rindu. Aku tak tahu bagaimana caranya menjelaskan rindu, tapi tak tahu hendak disampaikan pada siapa rindu itu. Rinduku ini untukmu. Aku percaya bahwa semua perasaan yang belum aku luapkan ini akan menemui muaranya. Muara yang akan berakhir dengan cerita bahagia.
Untukmu, yang ada di hatiku. Untuk saat ini kita masing-masing sendiri. Untuk sementara waktu saja. Kita masing-masing saling menjaga diri, menjaga hati. Memperbaiki diri, memantaskan diri. Aku tahu betapa meresahkannya hidup dalam diri sendiri. Namun, bersabarlah. Untuk saat ini, aku masih belum selesai dengan diriku sendiri. Kelak, jika aku sudah selesai dengan diriku,  aku ingin menjalani hidup bersamamu.  
Untukmu, yang jauh di sana. Aku percaya jarak di antara kita semakin dekat. Karena kita masing-masing sedang melakukan perjalanan. Perjalanan yang tak selalu dalam dimensi ruang, namun selalu dalam dimensi waktu. Kelak kita akan bertemu di sebuah titik pertemuan. Titik yang akan membuat Aku dan Kamu menjadi Kita. Titik yang akan membawa kita bersama, dalam satu cerita. Bersama, kita akan  menuju-Nya.