SATU PERMINTAAN UNTUK SUAMIKU NANTI
Kau bebas mengosongkan lemari, pakailah baju dan celana itu hingga dekil. Lalu bawa kemari. Biar kucuci, kukeringkan, kusetrika sampai rapi dan wangi. Bila alarm perutmu berdering, aku siaga menjadi pemadam kelaparan. Nikmatilah lauk dan sayur berbumbu cinta di setiap racikan. Andai pijakan kaki telanjangmu kaurasa tak nyaman, aku tidak keberatan mengayun sapu mengusir debu berserakan. Setiap inci lantai kugosok hingga berkilauan.
Dan saat matamu tak kunjung
terpejam, rayulah aku menemanimu sepanjang malam. Ceritakan segala gundah yang
membuatmu muram. Aku pasti di sisi sambil memijat kaki, menjadi cahaya mengusir
kelam.
Jika perlu, aku bersedia menjadi
pembantu di rumahmu. Tak apa-apa. Aku rela selama kau pun bersabar mengokohkan
tulang punggungmu, memeras keringat lebih keras demi lembar-lembar rupiah di
saku. Tak perlu banyak, asal cukup dan halal tentu. Untuk kita, bukan semata
untukku.
Aku tidak ingin imbalan apa pun
selain satu: Pastikan aku tak berjarak dengan anakku. Anakmu. Anak kita.
Sekejap pun aku tak mau.
Orang bilang itu kewajiban, bagiku
itu tujuan. Memastikan di sekujur tubuh malaikat kecil kita selalu ada ada
sidik jariku di masa-masa terbaiknya. Ia tenang karena timanganku. Kenyang
karena suapanku. Tertawa karena candaku. Lelap karena belaianku.
Takkan sampai hatiku menitipkan lagi
titipan Allah ke tangan orang lain, atau menyerahkannya kepada ibu, meski ibuku
atau ibumu senang-senang saja mengasuh cucu. Lalu aku menjadi orang kedua yang
tahu perkembangannya? Bukan aku yang mendengar celoteh pertamanya? Bukan aku
yang menyaksikan langkah kecilnya yang gamang saat belajar berjalan?
Sungguh, tolong jangan buat aku
mencium anakku di pagi hari, melambaikan tangan berkata ‘dadah’ dan baru
memeluknya lagi di sore hari. Jangan buat aku mempersembahkan sisa-sisa tenaga
yang kadang mudah menyulut emosi.
Aku tidak bilang sudah mampu, calon
suamiku, tapi aku ingin belajar untuk semua itu.
So, my dear future husband... deal,
ya?
Dari istrimu nanti,
WIRAKARYATI MIAN
------
*Ini adalah surat kelima dari 10
surat peserta lomba yang akan saya pilih selama periode 2-11 Juli. Lomba ini
diselenggarakan dalam rangka promo buku 'Rumah Tangga'. Kelak akan dipilih dua
pemenang: 1 Surat terbaik pilihan saya dan 1 lagi surat yang paling banyak
disukai/dikomentari/disebarkan.
*Sampai hari keempat lomba, saya
sudah menerima lebih dari 750 surat, saya membaca semuanya baik-baik, namun
saya hanya akan memilih 10 surat terbaik saja (yang akan saya posting satu
setiap harinya)
